Abu Nawas
Siapa sih yang tak kenal abu nawas, kisahnya yang melegenda dan pemikiran pemikirannya yang melebihi nalar orang pada jamannya ditambah bumbu-bumbu kocak didalamnya.
kali ini saya akan menceritakan salah satu kisahnya yang waktu itu saya dapat dari cerita guru SMP saya dan tentu saja ada sedikit modivikasi dari saya karena hanya ingat inti ceritanya, maklum udah lama sekali namun tak merubah pesan yang terkandung dalam kisah tersebut.
Dahulu kala, perdana mentri yang angkuh lagi sombong memiliki peternakan unta namun saat membuang limbah kotoran unta perdana mentri cuek tak mengiraukan tetangga-tetangganya yang dikalangan rakyat jelata, limbah kotoran unta itu banyak masuk ke rumah-rumah mereka
karena tidak berani mengadu kepada sang raja, para tetangga perdana mentri pun mengadukan keluh kesah mereka kepada Abu Nawas..
setelah mendengar keluh kesah mereka abu nawas pun berpikir dan kemudian mengatakan “besok sampah rumah tangga kalian jangan dibuang, kumpulin selama satu minggu setelah itu bawa ke saya setelah shubuh sebelum matahari terbit”.
para tetangga perdana mentri pun bertanya serempak “buat apa abu?”
abu nawas pun menjawab “udah ngak usah banyak cing cau lau turutin saja apa kataku”.
pulanglah para tetangga perdana mentri kerumah masing masing.
hari berganti hari dan hari yang ditunggu lagi dinanti pun tiba yaitu hari ke-7.
pagi hari yang sejuk Abu Nawas dikagetkan dengan 10 grobak besar yang setiap gerobaknya sepadan dengan satu truk besarnya namun isinya sampah yang baunya minta ampun, kemudian Abu Nawas ingat apa yang diperintahkan pada orang orang yang mengadu kepadanya beberapa hari lalu.
“hai teman-temanku sekarang bawa semua sampah ini ke depan rumah perdana mentri dan buanglah sampah tersebut di tepat pintu masuk sampai pintu masuk tak kelihatan karena sampah, jangan tanya apa-apa apa ikuti saja perintahku jika ada orang yang bertanya bilang disuruh Abu Nawas” kata abu nawas kepada para tetangga perdana mentri
semua penghuni rumah perdana mentri dikejutkan dengan bau yang amat sangat menyengat yang datangnya dari depan rumah, alangkah terkejutnya mereka saat pintu dibuka gunung sampah pun terlihat, perdana mentri pun geram, sambil tangan kiri menutup hidungnya berkata “siapa yang melakukan tindakan kurang ajar ini, apa sudah tak sayang nyawanya dia.” para pembantu pun mengatakan ini ulah Abu Nawas.
karena lawannya adalah Abu Nawas perdana mentri pun tak mau bertindak sembarangan, bisa bisa dialah yang celaka jika ternyata bukan Abu Nawas atau Abu Nawas tapi tak mau mengakui perbuatannya.
mengadulah perdana mentri pada baginda raja Raja Harun Ar Rasyid, mendengar aduan dari perdana mentri sang raja pun mengutus prajurit untuk mengundang Abu Nawas menghadap sekarang juga.
Abu Nawas pun menghadap ke baginda Raja Harun Ar Rasyid
“ada apa gerangan wahai baginda raja memanggil saya kemari” kata Abu Nawas sambil menundukkan kepala
“saya dapat laporan dari perdana mentri bahwa kamu membuang sampah di depan rumah perdana mentri benarkah itu wahai Abu Nawas?”
“benar yang mulya” jawab Abu Nawas tanpa rasa takut sama sekali
mendengar pengakuan Abu Nawas sang perdana mentri merasa geram merah padam mukanya dan berkata “hukum Abu Nawas dengan perbuatan yang setimpal baginda”.
“saya melakukan ini karena perdana mentri membuang limbah ternaknya tidak mempedulikan tetangga disampingnya baginda raja” jawab Abu Nawas membela diri
“tapi kamu tak bisa se enak udelmu wahai Abu Nawas ini negara ada peraturannya” teriak perdana mentri dengan geram
“betul kata perdana mentri kamu tahu aku rajanya di negeri ini aku ulil amri di negeri ini apa kamu tak patuh lagi padaku wahai Abu Nawas” kata raja sambil memandang serius Abu Nawas
“ampun baginda, saya mengakui saya bersalah sebagai hukuman saya rela rumah saya di jadikan tempat buang hajat besar”
ketika Raja hendak berkata perdana menteri langsung menyerobot pembicaraan “saya setuju baginda asalkan yang buang hajat besar seluruh penghuni rumah saya”
“bagaimana Abu, apakah kamu setuju?” tanya Raja Harun Ar Rasyid pada Abu Nawas
“baiklah baginda saya ijinkan namun hanya buang hajat besar saja tak lain baginda” jawab Abu Nawas dengan menyembunyikan sejuta taktiknya
pada hari itu juga semua penghuni rumah perdana mentri dan pegawai pegawainya yang berjumlah puliluhan mendatangi rumah Abu Nawas untuk nge-ngek (buang hajat besar).
namun anehnya setiap orang yang buang hajat besar dijaga oleh 1 orang tetangga Abu Nawas sambil membawa sebilah pentungan. dan ketika para pegawai perdana mentri menyalurkan hajatnya sepontan dipukullah oleh sang penjaga termasuk juga perdana mentri karena yang menjaga perdana mentri Abu Nawas sendiri.
dengan muka lebam lebam bekas pukulan perdana mentri mengadu pada sang Raja, dan di panggillah Abu Nawas menghadap lagi
“hai Abu Nawas, apa yang kamu lakukan, bukankan kamu setuju menjalani hukuman dengan rumahmu jadi tempat buang hajat besar?” tanya sang raja dengan sedikit emosi
“memang benar tuanku tapi saya hanya setuju untuk buang hajat besar tak mengatakan setuju buang hajat kecil”.
sang raja pun diam sejenak dan berpikir “oh y y mana mungkin e-ek tanpa pipis” baginda pun senyum sendiri ” ya sudah kamu pulang sana bersihkan rumahmu wahai Abu Nawas, dan untk kamu perdana menteri kamu atur pembuangan limbahmu jangan kau rugikan tetanggamu lagi”
Abu Nawas dan perdana menteri serentak berkata “baik baginda” walau sebenarnya perdana mentri masih dongkol oleh ulah Abu Nawas namun dia ak bisa berbuat banyak.
0 komentar:
Posting Komentar