Kisahku Bagai Bumi, Cintaku Bagai Bulan, Ketulusanku Bagai Meteor
pada awalnya aku menggebu-nggebu seolah olah akulah pemilik dunia yang akan memberimu segalanya asalkan kau mau denganku, semua berjalan lancar sampai datanglah hantaman meteor yang datang dari langit.
sang kekasihku pun melihat meteor itu sebagai penghancur yang menyeramkan sementara aku melihatnya sebaga bintang yang sungguh elok dipandang, sungguh dibutakan oleh kabut asmara diriku ini.
malam ini terasa gelap dan dingin, namun datangnya sang kekasih begitu terang bagai rembulan yang menghangatkan diriku. namun alangkah tak bersyukurnya aku bulan yang begitu besar indah dan terasa dekat aku masih melihat bintang yang jauhnya sampai tak dapat dijangkau.
semakin mendekatnya meteor pada bumi, kekasihku pun terkena serpihan batu kerikil dari meteor, menangislah kekasihku. sementara aku tak mampu berbuat apa apa untuk menghentikan tangisannya, sungguh kejam diriku.
siapakah meteor itu?
meteor itu sebelumnya batu jantungku yang selalu bersamaku dalam duka dan senang namun karena sesuatu hal ku lempar ke luar angkasa, dan kini meteor itu kembali dan mengingatkanku akan masa-masa kebersamaan kita dulu
jiwaku adalah jiwa bumi, bumi hanya memiliki satu bulan dalam hidupnya, aku tak rela jika bulan yang mengintariku selalu menangis, aku tak rela bulan yang selalu menerangi malamku kecewa karena terus ku bohongi.
bulan aku harap kau menyadari aku akan sangat berdosa jika seolah olah aku memandangmu(bulan) ternyata aku memandang keindahan meteor, bulan ku harap kau mengerti aku yang selalu memperhatikanmu namun saat meteor tiba aku tak menganggapmu.Dan saat meteor tak terlihat oleh mataku aku kembali memandang keelokanmu.
sebelum semua itu terjadi, sebelum aku hanya memperlakukanmu sebagai cadangan semata. sebelum asap kebohongan demi kebohongan ku lakukan hingga ku tak mampu melihat ke indahanmu.
aku terpaksa meninggalkanmu dari orbitku, bukan karena meteor tapi karena bumi tidak ingin bulan menderita karena bumi. bumi cinta bulan tetapi bumi tak sanggup melihat bulan meneteskan air mata.
bumi tahu bulan sangat kecewa pada bumi, tapi tahukah bulan bahwa bumi ini tak pantas untukmu, bumi tiap hari di injak-injak manusia, bumi tempat hewan hewan buang kotoran bumi sudah kotor sementara bulan belum terjamah seorang makhluk pun.,
bumi tahu bulan selalu mengata ngatai bumi dengan ungkapan berbagai nama binatang, namun bumi selalu berdoa bahwa bulan akan mendapatkan planet baru yang lebih baik dari bumi.
bumi pun tak berharap bahwa meteor itu akan berevolusi jadi satelit (bulan) untuk bumi, namun bumi hanya berharap suatu saat menemukan satelit (bulan) yang benar benar bumi cintai dan yang selalu menemani bumi dalam mengintari orbitnya.
Dan untuk sementara aku menghilang dalam pandanganmu (bulan), aku malu jika memperlihatkan ke pecundanganku padamu. suatu saat aku harap kau bisa memahami perasaanku dan bisa mema’afkanku.
Read more...